Menata Kawasan Perbelanjaan dalam Kota
Dalam salah satu rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Arsitektur UGM 2017 ke Kansai, mahasiswa peserta Kuliah Kerja Arsitektur UGM 2017 berkesempatan untuk bertemu dengan Prof. Eriko Oka dan Prof. Narumi Kunihiro dari Kansai University beserta 8 orang mahasiswanya. Pembahasan pada hari itu adalah mengenai spatial space di Jepang. Kami berdiskusi bagaimana penataan kota di Jepang di pengaruhi oleh pengalaman kepemerintahan Jepang di masalalu.
Mahasiswa dari Arsitektur UGM bersama mahasiswa dari Kansai University dibagi menjadi 4 kelompok dan berpencar ke 4 tujuan utama di area Nipponbashi, yaitu Do Guya Street, Den Den Town, Ota Road, dan Gokai Shoping Street untuk melihat langsung seperti apa penataan kota terutama area perbelanjaan di Jepang.
Penataan kota di Jepang tidak hanya mementingkan kebutuhan masyarakat masa kini, tetapi juga tetap berpegang pada budaya dan masa lalu yang ada. Masa lalu yang kelam cukup membuat Jepang ‘belajar’ dengan baik dari segala sisinya. Semenjak periode Edo, Jepang sudah menata kotanya sedemikian rupa terutama di wilayah perbelanjaannya. Sebuah kota merupakan milik bersama, tidak hanya milik pemerintah atau golongan tertentu. Kota merupakan milik bersama, bukan milik perorangan. Kenyamanan bersama di utamakan untuk kepentingan bersama. Seperti yang Pemerintah Jepang perbuat untuk kotanya. Kota yang rapi, bersih, dan teratur dapat memberikan kenyamanan bagi masyarakatnya.
Wilayah perbelanjaan yang cukup terkenal di area Osaka salah satunya adalah Nipponbashi. Nipponbashi merupakan sebuah kawasan perbelanjaan yang cukup luas dan juga menjadi tujuan wisata para turis. Kawasan Nipponbashi ini terbagi menjadi 3 wilayah, yaitu wilayah residensial, area perbelanjaan, dan pusat diadakannya acara-acara untuk masyarakat umum. Nipponbashi terkenal sebagai wilayah perbelanjaan bagi masyarakat Jepang maupun turis. Kawasan perbelanjaan ini terbagi menjadi beberapa bagian, dan dibagi menurut barang yang di jual. Cara ini dinilai sangat baik dalam penataan kota, terutama penataan pusat perbelanjaan cukup besar. Contohnya adalah Den Den Town yang menjual mainan dan menjadi sentra games, wilayah Gokai Street yang menjual perkakas rumah tangga, wilayah Doguyasuji yang menjual perkakas dapur.
Bukan Jepang jika tidak ada sesuatu yang unik. Biasanya, jika di Indonesia kita jarang sekali melihat rute atau jalur evakuasi bencana yang ada di jalan-jalan, di Jepang ini terdapat penanda yang berisi jalur evakuasi. Uniknya penanda ini ditempel di di tiang listrik! Biasanya kita hanya melihat iklan-iklan yang tertempel di tiang listrik dan malah mengganggu pemandangan. Tetapi di Jepang tiang listrik menjadi media untuk memberitahukan jalur evakuasi.
Ada satu cerita unik dari area Gokai Street. Gokai Street pada zaman dahulu adalah sebuah pasar gelap. Di pasar ini, dijual berbagai macam barang hasil pencurian atau hasil temuan. ‘Image’ itu masih melekat pada Gokai Street saat ini. Hal ini menyebabkan wilayah perbelanjaan di Gokai Street 2-3 tahun lalu hampir di tutup karena masyarakat takut barang yang dijual di Gokai Street merupakan barang ilegal. Padahal, Gokai Street sudah tidak menjadi pasar gelap semenjak belasan tahun yang lalu, tetapi image itu tetap melekat di Gokai Street.
Penataan kota menjadi salah satu hal yang sangat krusial bagi sebuah negara. ‘Wajah’ sebuah negara bisa dilihat dari bagaimana kota tersebut. Jepang merupakan negara dengan kemajuan cukup pesat. Pengalaman membuat Jepang belajar bagaimana untuk menjadikan negaranya menjadi negara yang lebih baik dari sebelumnya, baik dari segi masyarakatnya, infrastruktur, pemerintahan, dan lainnya.
Kontributor: Fransisca Maya Damayanti